Di antara hiruk-pikuk aktivitas akademik dan kemajuan fisik Universitas Islam Kadiri (Uniska) Kediri, ada dua sosok yang setiap hari menjalankan peran penting tanpa sorotan kamera dan berita: dua orang driver yang menjadi bagian dari denyut kehidupan kampus. Mereka adalah Musyafa’ dan Imam Syafi’i, dua pengemudi andalan yang selama lebih dari satu dekade menjadi pengantar setia para pimpinan dan tamu-tamu penting Uniska.

Bekerja di balik kemudi, keduanya bukan sekadar menyetir kendaraan. Mereka telah mengantar Uniska Kediri melalui berbagai momentum penting, dari kunjungan pejabat negara hingga agenda kerja sama internasional. Seperti halnya Musyafa’, pria kelahiran Kediri, 8 Oktober 1978, yang sudah mengabdi sejak tahun 2010. Salah satu kisah yang tak dilupakannya adalah ketika harus menjemput pejabat negara dari Bandara Juanda Surabaya menuju Kediri—di masa ketika jalan tol belum tersedia.
“Waktu itu ikut patwal, jalanan padat, dan harus tetap tepat waktu. Prinsip saya, keselamatan semuanya nomor satu, dan harus sampai tujuan tepat waktu,” ujarnya sambil tersenyum mengenang.
Ia juga pernah mengalami situasi darurat, seperti saat harus mengantar rombongan tamu dari Malaysia, India, dan Jakarta untuk kegiatan kuliah tamu Pascasarjana. Di tengah perjalanan malam di jalan tol, mobil mengalami masalah dan ban harus diganti. “Penumpang penuh, malam hari, tapi kami tetap tenang. Sudah biasa menghadapi situasi mendadak,” kata Musyafa’ yang mengingat momen itu sebagai pelajaran berharga.
Hal serupa dirasakan oleh Imam Syafi’i, yang lahir di Kediri pada 12 Desember 1976. Ia mulai bergabung sebagai driver Uniska Kediri pada pertengahan 2016. Meski tergolong baru dibanding Musyafa’, dedikasinya tak kalah besar. Imam telah berkali-kali mengantar tamu negara dan mengikuti standar operasional protokol dengan ketat. “Seberat apa pun tugas, cintailah kerjamu. Semua akan terasa ringan. Itu prinsip saya,” ujarnya mantap.
Meski pekerjaan mereka terkesan di balik layar, tanggung jawab yang dipikul tidaklah ringan. Rutinitas seperti memeriksa oli, tekanan ban, hingga membersihkan kendaraan luar dan dalam. Keduanya juga bertanggung jawab terhadap kelengkapan dokumen kendaraan dan pelaporan pajak, berkoordinasi langsung dengan pihak yayasan.

Kepala Bagian Umum Uniska, Lusi Sulistyorini, S.E., pun mengakui peran penting dan dedikasi mereka. “Beliau berdua sangat berdedikasi dan semua demi kampus Uniska. Mereka tahu kapan harus cepat, kapan harus berhenti, dan bagaimana menjaga marwah kampus saat membawa tamu penting. Mereka bertugas tidak kenal waktu. Kadang subuh berangkat, pulang larut malam,” ungkapnya.
Kini, dengan usia pengabdian yang semakin matang, Musyafa’ dan Imam Syafi’i tetap setia menjalankan tugas mereka. Tidak hanya sebagai pengemudi, tetapi sebagai saksi diam yang mengantar setiap langkah perubahan kampus. Mereka adalah bagian dari narasi panjang Uniska—yang tak tertulis dalam dokumen resmi, tapi hidup dalam setiap perjalanan, senyap tapi bermakna. Karena bagi mereka, pekerjaan bukan soal besar kecilnya jabatan, tapi bagaimana menjalaninya dengan cinta dan tanggung jawab.

