Dr. Endah Kurniawati, S.E., M.M., dosen Prodi Ilmu Manajemen konsentrasi MSDM, resmi menyandang gelar doktor setelah menyelesaikan studi S3 dalam waktu 2 tahun 11 bulan dengan IPK 3,97 dan predikat dengan pujian. Ia menjadi doktor ke-197 dari Program Doktor Ilmu Manajemen di STIESIA Surabaya, dengan sidang terbuka yang berlangsung pada Rabu, 23 Juli 2025.
Di tengah kesibukannya sebagai pengajar, ia tetap konsisten menempuh studi doktoral dengan semangat yang tak surut. “Motivasi saya melanjutkan studi S3 di bidang Manajemen, khususnya Manajemen Sumber Daya Manusia, berangkat dari keinginan untuk terus berkembang secara akademik dan profesional,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang, dan ia ingin tetap relevan dengan perkembangan zaman sebagai seorang dosen.
Meski tak mudah membagi waktu antara mengajar, kuliah, dan kehidupan pribadi, Dr. Endah memiliki strategi tersendiri. “Kuncinya ada pada disiplin dan manajemen waktu,” tuturnya. Ia menyusun jadwal harian yang ketat, menetapkan prioritas, dan belajar mengatakan “tidak” terhadap hal-hal yang kurang mendesak. Menurutnya, dukungan keluarga dan lingkungan kerja sangat berperan dalam menjaga keseimbangan peran yang ia jalani.
Disertasi yang ia susun berjudul “Sustainability Reporting: Perspektif Framing Theory dan Rhetoric Theory”, dengan studi kasus pada PT GoTo selama tahun 2021–2023. Dalam penelitiannya, ia menelaah bagaimana perusahaan membingkai pesan keberlanjutan melalui strategi naratif dan retorika, serta pengaruhnya terhadap legitimasi publik. “Manfaatnya adalah memberikan pemahaman kritis terhadap praktik pelaporan keberlanjutan, bukan hanya dari sisi kepatuhan formal, tapi juga dari cara pesan dikonstruksi untuk membentuk persepsi publik,” jelasnya.
Tantangan terbesar selama studi, menurut Dr. Endah, adalah menjaga semangat dan energi di tengah berbagai tuntutan peran. “Kadang muncul rasa jenuh, lelah, bahkan keraguan terhadap diri sendiri,” akunya. Untuk mengatasi itu, ia menetapkan target-target kecil, berdiskusi dengan promotor dan teman seperjuangan, serta menyediakan ruang untuk jeda dan refleksi. “Saya juga menjadikan belajar hal baru sebagai cara untuk memulihkan semangat,” tambahnya, mengingat bahwa salah satu hobinya memang belajar hal-hal baru.
Momen sidang terbuka menjadi pengalaman yang sangat membekas bagi Dr. Endah. “Sidang terbuka adalah momen yang sangat emosional sekaligus membanggakan. Rasanya seperti puncak dari perjalanan panjang yang penuh perjuangan,” kenangnya. Baginya, dukungan keluarga, kolega, dan pembimbing yang hadir di ruang sidang menjadi pengingat bahwa capaian ini bukan hanya miliknya sendiri. “Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dari para penguji juga memperkaya perspektif saya terhadap hasil penelitian,” ujarnya menutup percakapan.



