Akad Nikah di Ruang Kelas: Inovasi Pembelajaran yang Inspiratif dari UNISKA Kediri

Akad Nikah di Ruang Kelas: Inovasi Pembelajaran yang Inspiratif dari UNISKA Kediri

Suasana berbeda tampak di ruang Ulil Albab 4.9 Universitas Islam Kadiri (UNISKA) pada Kamis, 15 Mei 2025. Mahasiswa kelas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) 4 Fakultas Ekonomi menggelar simulasi prosesi akad nikah sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran mata kuliah Agama Islam 4 yang diampu oleh M. Yalis Shokhib. S.HI.,M.HI.

Simulasi ini merupakan bentuk penerapan materi Fiqih Munakahat yang bertujuan memberikan pemahaman mendalam kepada mahasiswa tentang teori dan konsep pernikahan dalam Islam. Kegiatan ini juga bertujuan melatih mahasiswa dalam pengelolaan kegiatan pernikahan, mulai dari konsep acara, manajemen waktu, pembagian peran, hingga keterampilan menjadi tokoh agama, MC, atau bagian dari Event Organizer (EO).

Prosesi dilaksanakan menyerupai pernikahan sesungguhnya, dimulai dari pembukaan oleh MC, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, sambutan, ijab kabul, doa nikah, penyerahan buku nikah, serah terima mahar, nasihat pernikahan, hingga penutup dan makan bersama. Semua unsur dikelola secara mandiri oleh mahasiswa tanpa melibatkan biaya eksternal. Dekorasi dibuat secara kreatif dan gotong royong dengan dana kas kelas, menciptakan suasana yang sakral namun tetap sederhana.

Pengampu mata kuliah, M. Yalis Shokhib, menyampaikan bahwa metode ini dipilih agar mahasiswa dapat merasakan langsung pengalaman yang selama ini mungkin hanya mereka lihat secara teoritis atau sekilas. “Saya ingin mahasiswa tidak hanya menghafal teori, tetapi juga merasakan dan menghayati prosesnya. Mereka akan menghadapi hal ini di kehidupan nyata nanti. Selain itu, ini juga untuk menghindari kejenuhan dalam proses belajar,” ungkapnya.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari mahasiswa. Raffael Ihzya Noor Aditya mengaku kegiatan ini sangat membuka wawasannya. “Saya jadi lebih memahami tata cara dan adab pernikahan menurut ajaran Islam. Simulasi ini membuat saya sadar bahwa pernikahan adalah momen serius yang harus dijalani dengan tanggung jawab,” ujarnya.

Amelia Amanta menambahkan bahwa kegiatan ini mempererat hubungan antarmahasiswa. “Kami bekerja sama mulai dari memilih dekorasi, membagi tugas, hingga menyiapkan konsumsi. Semua terasa seperti keluarga,” katanya.

Sementara itu, Muhammad Bimandaru menilai simulasi ini sangat mendidik. “Selain memperkuat nilai-nilai keagamaan, kegiatan ini memberikan bekal penting untuk masa depan,” ujarnya.

Simulasi ini menjadi contoh inovasi pembelajaran berbasis pengalaman nyata yang tidak hanya mengasah pemahaman keagamaan mahasiswa, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan sosial, kerja tim, dan kedewasaan dalam menghadapi kehidupan.

Bagikan dengan :