Dari Anak Sapi ke Meja Makan: Potensi Susu Kolustrum dalam Dunia Peternakan dan Kuliner

Dari Anak Sapi ke Meja Makan: Potensi Susu Kolustrum dalam Dunia Peternakan dan Kuliner

Universitas Islam Kadiri menghadirkan perkuliahan menarik dalam mata kuliah Ilmu Produksi Ternak Perah yang dibawakan oleh Dr. Endang Saptahari Sosiawati, SPt, MP. Topik yang diangkat kali ini adalah perbedaan mendasar antara susu kolustrum dan susu murni, sebuah materi penting yang wajib dipahami oleh mahasiswa sebagai bekal dalam pengelolaan pedet atau anak sapi sebagai calon bibit ternak unggulan. Kolustrum merupakan air susu yang dikeluarkan induk sapi selama tiga hari pertama setelah melahirkan dan wajib diberikan pada pedet dalam waktu 1-2 jam pasca kelahiran karena mengandung antibody (immunoglobulin) yang berperan melindungi pedet dari berbagai penyakit. Secara fisik, kolustrum berwarna kuning pekat akibat kandungan protein yang jauh lebih tinggi dibandingkan susu murni yang berwarna putih kekuningan.

Dr. Endang Saptahari Sosiawati, SPt, MP menunjukkan perbedaan susu murni dan susu kolustrum

Dalam perkuliahan yang menggunakan metode demonstrasi langsung ini, mahasiswa tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga dapat melihat warna, mencium aroma, dan merasakan perbedaan nyata antara kolustrum dan susu murni. Hal ini sangat penting karena pemberian kolustrum yang tepat dan dalam takaran ideal—2 liter pada hari pertama dan 3 liter pada hari kedua hingga keenam—merupakan kunci utama keberhasilan manajemen nutrisi pedet. Pedet yang tidak mendapatkan asupan kolustrum dalam waktu kritis pasca lahir memiliki risiko kematian hingga 20 persen, sebab pada tiga bulan pertama hidupnya pedet belum mampu memproduksi antibodi sendiri sehingga sangat rentan terhadap penyakit. Selain itu, kolustrum juga efektif menghambat pertumbuhan bakteri E-coli dalam saluran pencernaan pedet pada 24 jam pertama, menjaga kesehatan pencernaan dan memperkuat daya tahan tubuh anak sapi.

Mahasiswa mempelajari perbedaan susu murni dan susu kolustrum di dalam kelas

Tidak hanya bagi pedet, kolustrum juga memiliki potensi yang menjanjikan bagi dunia industri pangan, khususnya di sektor home industry. Susu kolustrum yang tersisa setelah kebutuhan pedet terpenuhi dapat diolah menjadi produk seperti tahu susu, yang memiliki nilai gizi tinggi berkat kandungan protein, lemak, dan mineral lengkap. Dr. Endang menekankan pentingnya pengembangan riset lebih lanjut untuk memaksimalkan potensi kolustrum sebagai sumber pangan fungsional bagi manusia. Misalnya, inovasi produk seperti colostrum powder yang bisa menjadi bahan campuran dalam produk pangan atau pakan bernutrisi tinggi sangat layak dikembangkan, terutama dengan upaya meningkatkan cita rasa dan variasi produk agar lebih diterima masyarakat luas.

Melalui pembelajaran ini, Dr. Endang berharap mahasiswa mampu memahami arti penting kolustrum bagi kesehatan dan kehidupan pedet, mampu membedakan susu kolustrum dan susu murni secara fisik, serta memahami pentingnya pemberian susu murni sebagai kelanjutan nutrisi hingga usia pedet 3,5 bulan. Lebih jauh, mahasiswa juga diharapkan dapat melihat peluang inovasi pemanfaatan kolustrum untuk kepentingan manusia dan industri pangan masa depan. Dengan pendekatan edukasi yang langsung dan aplikatif, perkuliahan ini membuka wawasan baru tentang manfaat luar biasa susu kolustrum, baik bagi dunia peternakan maupun kesehatan manusia.

Bagikan dengan :