Diam: Kunci Keselamatan dan Kebijaksanaan #NasihatJumat

Diam: Kunci Keselamatan dan Kebijaksanaan #NasihatJumat

Menjadi baik tidaklah sulit, dan tidak memerlukan modal yang besar. Bahkan, diam pun bisa menjadi kebaikan dan manfaat bagi diri kita dan orang lain. Diam sering dianggap sebagai tindakan sederhana, bahkan tidak berarti. Namun, dalam Islam, diam memiliki nilai yang sangat penting dan mendalam. Rasulullah SAW telah memberikan berbagai petunjuk tentang bagaimana diam dapat menjadi amalan yang mendekatkan kita kepada Allah SWT, menjaga hubungan sosial, dan melindungi diri dari keburukan.

Diam sebagai Penjaga Iman

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa berbicara baik atau diam adalah dua pilihan utama bagi seorang mukmin. Tidak semua situasi memerlukan kita untuk berbicara. Kadang-kadang, diam adalah pilihan terbaik, terutama ketika kata-kata yang akan diucapkan tidak bermanfaat atau bahkan dapat melukai orang lain. Rasulullah SAW menghubungkan kesempurnaan iman seseorang dengan kemampuannya menjaga lisan. Ini menunjukkan bahwa diam bukan hanya soal etika, melainkan juga wujud ketakwaan.

Rasulullah SAW bersabda:

عَلَيْكَ بِطُوْلِ الصُّمْتِ، فَإِنَّهُ مُطَّرِدَةٌ لِلشَّيْطَانِ وَعَوْنٌ لَكَ عَلَى أَمْرِ دِيْنِكَ

“Hendaklah engkau banyak diam, karena diam dapat mengusir setan dan membantu urusan agamamu.” (HR. Ahmad).

Hadis ini memberikan dua pelajaran besar tentang manfaat diam:

  1. Mengusir Setan
    Setan sering menggoda manusia untuk berbicara berlebihan, hingga lisan terpeleset pada perkataan buruk seperti gosip, fitnah, atau kebohongan. Dengan diam, kita menutup peluang bagi setan untuk memengaruhi kita.
  2. Membantu Urusan Agama
    Diam memberi ruang bagi kita untuk fokus pada hal-hal yang bermanfaat, seperti memperbanyak dzikir, introspeksi diri, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diam juga membantu kita menjaga keharmonisan hubungan sosial, karena kita terhindar dari ucapan yang dapat menyakiti orang lain.

Lisan: Kunci Keselamatan atau Kebinasaan

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّكَ لَمْ تَزَلْ سَالِمًا مَا سَكَتَّ فَإِذَا تَكَلَّمْتَ كُتِبَ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ (رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ

“Sesungguhnya engkau senantiasa selamat selagi diam. Namun, jika engkau telah berbicara, maka ucapanmu akan bermanfaat bagimu atau membahayakanmu.” (HR. Ath-Thabarani).

Hadis ini mengingatkan kita bahwa lisan adalah senjata yang tajam. Jika digunakan dengan baik, ia menjadi sumber pahala. Namun, jika disalahgunakan, ia bisa membawa kerugian besar, baik di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, menjaga lisan adalah bentuk pengendalian diri yang harus terus dilatih oleh setiap Muslim.

Rasulullah SAW juga memperingatkan tentang dampak buruk dari ucapan yang tidak terjaga:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ أَوْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ

“Sesungguhnya, termasuk manusia yang paling buruk adalah seseorang yang dijauhi oleh orang lain karena takut akan perkataan keji dan kotornya.” (HR. Bukhari).

Orang yang tidak menjaga lisan akan kehilangan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya. Akibatnya, ia dijauhi dan kehilangan dukungan sosial. Lebih dari itu, ia berpotensi menjadi sumber konflik dan permusuhan.

Diam bukan berarti kita tidak boleh berbicara sama sekali, melainkan berbicara hanya pada waktu dan tempat yang tepat. Diam adalah bentuk kontrol diri yang menunjukkan kedewasaan, kesabaran, dan kekuatan iman.

Sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah SAW:
“Diam dapat mengusir setan dan membantu urusan agamamu.” (HR. Ahmad).

Melalui diam, kita juga belajar untuk lebih mendengarkan, merenung, dan memahami situasi sebelum mengambil tindakan. Sikap ini membantu kita menjadi pribadi yang bijaksana dan dihormati.

Mari kita jadikan diam sebagai bagian dari gaya hidup kita. Diam bukan kelemahan, melainkan tanda kekuatan iman. Dengan diam, kita terhindar dari keburukan, sekaligus mendapatkan peluang untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang pandai menjaga lisan, sehingga kita selamat di dunia dan akhirat. Aamiin.

Khodbah Jum’at Masjid Al-Ittihad Uniska Oleh : Ustad Agus M. Syakir, S.Pd

Bagikan dengan :