Kahtid: Gus Huzaimah al-Anshori, M.H
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Saya berwasiat kepada diri saya pribadi dan juga kepada seluruh jamaah yang hadir, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya takwa. Karena hanya dengan takwa kita bisa selamat di dunia dan di akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.” (QS. Ali Imran: 102).
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepada kita, khususnya nikmat iman, kesehatan, dan kesempatan sehingga pada hari ini kita dapat melaksanakan kewajiban shalat Jumat. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin Rahimakumullah,
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyampaikan ada tiga akhlak utama yang mulia bagi penduduk dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
تَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ، وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ
“Engkau menyambung silaturahim dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, engkau memberi kepada orang yang enggan memberi kepadamu, dan engkau memaafkan orang yang menzalimimu.” (HR. Thabrani).
Jamaah yang dimuliakan Allah,
1. Akhlak pertama: Menyambung silaturahim meskipun diputus.
Menyambung hubungan kekerabatan adalah akhlak yang mulia. Namun yang lebih utama adalah menyambung silaturahim kepada orang yang memutuskan hubungan dengan kita. Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Bukanlah orang yang menyambung silaturahim itu sekadar yang membalas kebaikan, tetapi yang benar-benar menyambung adalah orang yang tetap menyambung walaupun diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari).
2. Akhlak kedua: Memberi kepada orang yang enggan memberi.
Sifat kikir adalah penyakit hati yang merusak. Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga perkara yang membinasakan manusia, yaitu kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kagum seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thabrani).
Dengan memberi kepada orang yang enggan memberi, bukan hanya pahala sedekah yang kita dapat, tetapi juga menjadi teladan yang dapat melembutkan hati orang lain agar ikut berderma.
3. Akhlak ketiga: Memaafkan orang yang menzalimimu.
Zalim adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Allah SWT sangat membenci kezaliman. Allah berfirman:
أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
“Ingatlah, laknat Allah ditimpakan atas orang-orang yang zalim.” (QS. Hud: 18).
Namun, jika kita dizalimi, Islam mengajarkan untuk memaafkan. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 134:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Ma’asyiral Muslimin,
Tiga akhlak ini – menyambung silaturahim, memberi kepada orang yang enggan memberi, dan memaafkan orang yang menzalimimu – merupakan jalan untuk meraih derajat mulia di sisi Allah SWT.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Sebagai penutup, marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar kita diberikan kekuatan untuk mengamalkan tiga akhlak mulia ini, sehingga kita menjadi hamba Allah yang bermartabat di dunia dan mulia di akhirat.