Khatib dan Imam : Ustad Nur Mustofa, M.Pd.
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan yang mengatur seluruh dimensi kehidupan. Dialah yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat iman, nikmat Islam, serta kesempatan untuk merasakan kesehatan dengan nyaman dan tenteram. Dengan izin-Nya pula, pada hari yang penuh berkah ini kita dapat berkumpul dan melaksanakan ibadah Shalat Jumat dengan khidmat.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada teladan agung kita, Nabi Muhammad SAW, pembawa cahaya kebenaran dan rahmat bagi seluruh alam. Semoga Allah juga melimpahkan keberkahan kepada keluarga beliau yang suci, para sahabat yang setia memperjuangkan ajaran Islam, serta para ulama yang hingga kini menjaga kemurnian agama dari masa ke masa.
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib berpesan kepada diri pribadi dan kepada seluruh jamaah sekalian, marilah kita terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, serta menyiapkan bekal untuk akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hasyr ayat 18:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Berbuat dosa adalah hal yang tidak mungkin sepenuhnya lepas dari kehidupan kita sebagai manusia. Setiap kita, tanpa terkecuali, pasti pernah tergelincir dalam kesalahan—baik karena kelalaian, kelemahan, maupun godaan yang tidak mampu kita hindari. Namun sebesar apa pun dosa seorang hamba, rahmat Allah SWT selalu jauh lebih besar. Allah tidak menutup pintu ampunan bagi siapa pun yang datang dengan hati bersih dan tulus. Bahkan Allah mencintai hamba yang mau bertobat, memohon ampun, dan berusaha memperbaiki diri, meskipun ia pernah jatuh berkali-kali dalam kesalahan yang sama.
Dalam sebuah hadis Qudsi riwayat Imam Muslim, dari Abu Dzar al-Ghifari, disebutkan bahwa Allah selalu siap menyambut hamba-hamba-Nya yang memohon ampun, meskipun mereka sering melakukan dosa:
Artinya: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian berbuat dosa siang dan malam, namun Aku mengampuni seluruh dosa. Maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian.” (HR. Muslim)
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Setiap manusia pasti pernah melakukan kekhilafan. Karena itu, Allah menyediakan ruang taubat agar dapat terlihat ketulusan dan kesungguhan hati kita dalam mengakui kesalahan. Ketika seseorang benar-benar bertaubat, ia sedang berusaha memutus rantai kemaksiatan dan membuka jalan baru yang lebih bersih. Hal itu hanya dapat terjadi ketika hati sadar bahwa hidup ini tidak layak dihabiskan dalam dosa yang sama secara berulang.
Tidak heran Allah memberikan peringatan agar kita tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Dalam QS. Az-Zumar ayat 53–54, Allah menegaskan:
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya.’”
Dalam menjelaskan makna “melampaui batas” dalam ayat ini, Al-Mawardi dalam An-Nukat wa al-‘Uyun (jilid 5, halaman 131) menyebutkan dua bentuk perbuatan: (1) syirik atau menyekutukan Allah, dan (2) melakukan dosa secara terus-menerus meskipun seseorang masih beriman. Karena itu, umat Islam dilarang berputus asa dari rahmat Allah yang sangat luas.
Lebih lanjut, terkait makna “Allah mengampuni seluruh dosa”, Al-Mawardi menjelaskan tiga pendapat:
- Allah mengampuni dosa karena taubat hamba-Nya.
- Allah mengampuni dosa dengan karunia dan pemaafan-Nya, kecuali dosa syirik.
- Allah mengampuni dosa-dosa kecil apabila seseorang menjauhi dosa-dosa besar.
Jamaah kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Setiap manusia pasti pernah tergelincir dalam kesalahan. Namun Allah selalu membuka pintu ampunan bagi siapa pun yang kembali kepada-Nya. Tidak ada dosa yang terlalu besar selama hamba masih mau bertaubat dan memperbaiki diri. Karena itu, jangan menunda taubat dan jangan larut dalam putus asa. Segeralah kembali kepada Allah dengan hati yang jujur dan tulus.
Semoga kita termasuk hamba-hamba yang senantiasa diberi ampunan, dijaga dari kesalahan yang berulang, dan dimantapkan langkahnya menuju kebaikan.
Aamiin.
Baca Juga : Tiga Perkara Yang Harus Dihindari
