Di tengah derasnya arus globalisasi yang menghadirkan beragam ideologi dan pandangan keagamaan, Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) An-Nahdliyah tampil sebagai fondasi moderasi beragama yang sangat relevan bagi masyarakat Indonesia. Menurut Dr. Siti Aminah, S.Ag., M.Pd.I., dosen Universitas Islam Kadiri (Uniska) Kediri, pembumian nilai-nilai Aswaja bukan hanya kebutuhan moral, tetapi juga amanah institusional yang selaras dengan visi-misi Uniska Kediri sebagai lembaga di bawah naungan Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU). Karena itu, penguatan Aswaja menjadi bagian penting dari strategi kampus dalam membentuk karakter mahasiswa yang berkepribadian Islami, moderat, dan berakhlak mulia.
Dr. Siti Aminah menegaskan bahwa urgensi nilai Aswaja di lingkungan kampus sangat tinggi. Sebagai bagian dari jaringan PTNU, Uniska Kediri memiliki tanggung jawab untuk memastikan seluruh mahasiswa memahami dan menginternalisasi ajaran Aswaja dalam kerangka keilmuan, spiritualitas, dan etika sosial. Pembumian Aswaja bukan sekadar pengetahuan teoritis, tetapi upaya menjaga jati diri mahasiswa agar tetap berpijak pada Islam yang damai, berkeadaban, dan rahmatan lil alamin terutama di tengah maraknya paham transnasional yang mudah diakses melalui ruang digital.
Terkait harapan, Dr. Siti Aminah menjelaskan bahwa mahasiswa Uniska Kediri idealnya bukan hanya memahami Aswaja, tetapi juga mampu mengamalkan ajarannya dalam tiga aspek utama: aqidah, yang kokoh dan tidak mudah terpengaruh ajaran menyimpang; ibadah, yang tertuntun pada kaidah ulama salaf; serta muamalah, yang menekankan etika interaksi sosial, keadilan, dan kemanfaatan. Ketika nilai-nilai ini tertanam dalam diri mahasiswa, mereka akan tumbuh sebagai pribadi yang berakhlak, peka sosial, dan mampu memberikan kontribusi positif di tengah masyarakat.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan Dr. Siti Aminah untuk membumikan ajaran Aswaja di lingkungan kampus ialah dengan memberikan materi Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah dalam berbagai diklat organisasi mahasiswa Uniska Kediri. Melalui pendekatan edukatif ini, mahasiswa diperkenalkan pada prinsip-prinsip Aswaja secara komprehensif, mulai dari landasan keilmuan hingga penerapan nilai dalam kehidupan berorganisasi dan pengabdian kepada masyarakat.
Selain itu, pembentukan karakter keislaman multikultural juga menjadi fokus penting dalam penguatan Aswaja. Globalisasi mempertemukan beragam identitas dan budaya, sehingga mahasiswa perlu memiliki karakter Islam yang toleran, inklusif, dan menghargai perbedaan. Prinsip-prinsip Tawassuth (moderat), Tawazun (seimbang), Tasamuh (toleran), dan I’tidal (adil) menjadi pedoman utama dalam membentuk mahasiswa yang mampu bersikap proporsional dan bijak dalam menghadapi kompleksitas sosial.
Sebagai penutup, Dr. Siti Aminah menegaskan bahwa membumikan Ahlussunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah adalah ikhtiar berkelanjutan untuk membangun generasi muda yang moderat, berkeadaban, dan tidak kehilangan jati diri di tengah derasnya arus globalisasi. Dengan pemahaman aqidah, praktik ibadah yang benar, etika muamalah yang matang, serta sikap multikultural yang kokoh, mahasiswa diharapkan mampu menjadi wajah Islam Nusantara yang damai dan membawa maslahat bagi masyarakat luas.


